Bermain Gitar Dapat Mencegah Penyakit Stroke


Segala hal yang berkaitan dengan estetika, seni, dan keindahan, berpusat di otak kanan manusia. Penelitian yang dilakukan dokter ahli saraf, Dr. Edward Taub dari Universitas Alabama di Birmingham, berkaitan dengan musik, yang dimuat dalam jurnal ilmiah prestisius Science menghasilkan temuan yang mencengangkan.

Dia meneliti dua kelompok, terdiri dari sembilan musisi (enam pemain biola, dua celo, dan seorang pemain gitar) di kelompok I, dan enam orang nonmusisi pada kelompok II. Dr. Taub sampai pada kesimpulan bahwa mereka yang aktif menggerakkan jemarinya pada instrumen berdawai, memiliki peluang terserang stroke lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kedua.

Alasannya, jemari yang sering berlatih itu akan mengirimkan sinyal-sinyal secara tetap (ajeg) pada otak kanan, yang membuat otak kanan membesar.
Dengan membesarnya bagian itu, kontrol gerakan anggota tubuh lebih terjaga, sehingga kemungkinan terserang stroke bisa diminimalisasi. Penelitian Dr. Taub memang lebih memfokuskan pada proses (gerakan tangan), dan bukan pada hasil (melodi yang tercipta).

Sebelas abad sebelumnya, Al-Kindi, peneliti yang berasal dari Kufah, Irak, sudah menyelidiki hal ini dan menuangkannya dalam sebuah telaah yang dikenal sebagai Musiqa Al-Kindi. Ia meneliti korelasi antara bunyi melodi tertentu dengan perubahan psikologis dan fisiologis pada hewan dan manusia.
Ia menemukan bahwa lumba-lumba dan paus lebih tertarik pada suara flute dan terompet, sedangkan jenis ikan lainnya lebih menyukai suara denting instrumen berdawai. Perbedaan ini di kemudian hari baru diketahui ternyata bersumber pada perbedaan keluarga (famili) hewan-hewan itu. Lumba-lumba dan paus meskipun hidup di air termasuk keluarga mamalia (binatang menyusui), sedangkan yang lainnya tergolong keluarga pisces (ikan).

Terhadap fisiologi dan kondisi psikologis manusia, Al-Kindi yang juga mahir bermain ‘ud (leluhur gitar dari Arab), sangat mengetahui karakter empat dawai yang terdapat pada ‘ud, yaitu nada C (al-zir), G (al-mathna), D (al-mathlath), dan A (al-bamm).

Nada C berkaitan dengan kondisi empedu, organ-organ yang berhubungan langsung dengan kantong empedu dan jantung. Dari sudut perilaku bertaut erat dengan sikap berani, siap membantu, agresif, sombong, dan mudah dipengaruhi.

Nada G berhubungan dengan sistem peredaran darah, pencernaan, dan hati. Perilaku yang dihasilkan antara lain mudah tertawa, ramah, gembira, bersikap adil, bersahabat. Nada D berkaitan dengan organ yang menghasilkan dahak atau lendir dan otak. Perilaku yang berkaitan di antaranya sopan, rendah hati, sederhana, mudah takut. Sementara nada A berhubungan langsung dengan alat kelamin dan sistem pernapasan. Perilaku yang dihasilkan antara lain penyabar, tenang, dan teliti.

Temuan Al-Kindi kemudian dikembangkan oleh Mahmud Ahmad Al-Hifni, sehingga mencakup 18 item lanjutan, di antaranya kecenderungan masing-masing penggemar nada dalam menciptakan puisi atau kesukaan pada unsur alam. Penggemar nada C misalnya cenderung menyukai api, nada G menyenangi udara, nada D menggemari tanah, dan nada A mencintai air.

Dengan pengetahuannya yang begitu luas terhadap korelasi nada tertentu dengan fisiologi manusia, bisa dipahami metode pengobatan Al-Kindi yang mencari alternatif penyembuhan dengan terapi nada.


sumber : herbalitas.com

0 komentar:

Posting Komentar

Music Never Died © 2008. Blog design by Randomness